Perekonomian Indonesia Tersengat Listrik

Home / Opini / Perekonomian Indonesia Tersengat Listrik

 

Oleh: Radityo Yudi
Peneliti PKPBerdikari

Indonesia nyaris lumpuh akibat pasokan listrik terhenti mulai Minggu siang, atau sekitar pukul 11.50 WIB. Seluruh organ vital layanan masyarakat di Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, dan sebagian Jawa tengah yang membutuhkan energi listrik, mengalami gangguan.

Pada sektor transportasi, rangkaian Moda Raya Terpadu (MRT) dan CommuterLine (KRL) terhenti di tengah perlintasan. Kejadian tersebut mengakibatkan kepanikan penumpang MRT karena tengah berada di jalur bawah tanah. Sedangkan gangguan yang terjadi pada KRL, membuat jadwal keberangkatan dan kedatangan kerta jarak jauh tertunda.

Perjalanan kendaraan pribadi yang melintas di jalan Tol juga mengalami gangguan. Gerbang Tol yang telah menerapkan sistem pembayaran elektronik tidak berfungsi, sehingga sistem pembayaran terpakasa kembali menggunakan uang tunai.

Sejumlah lampu pengatur lalu lintas yang padam juga menyumbang dampak buruk berupa kemacetan di sejumlah ruas. Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung Komisaris Bayu Catur menuturkan, kemacetan sepanjang satu kilometer terjadi pada akses keluar Tol Pasteur, Bandung. Kemacetan juga terjadi pada jalan-jalan di Kota Bandung mengingat tingginya arus kendaraan saat akhir pekan.

Terputusnya aliran listrik juga berdampak pada sektor telekomunikasi. Media sosial mendadak ramai dengan keluhan masyarakat yang sulit mengakses jaringan internet dan telepon selular. Parahnya lagi, gangguan itu juga membuat layanan keuangan berbasis internet lumpuh. Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tidak berfungsi dan membuat masyarakat kesulitan mendapatkan uang tunai.

Dua sektor yang terdampak atas musibah padamnya listrik tersebut, sudah cukup menggambarkan ketergantungan perekonomian pada pasokan energi listrik di sebuah wilayah. Dampak yang lebih besar bisa saja menghantam dunia industri, khususnya manufaktur, yang mengandalkan listrik dalam proses produksi. Lebih jauh lagi, investasi langsung yang sudah, dan akan masuk ke Indonesia pada bidang tersebut akan ikut terdampak bila ‘sengatan listrik’ tak kunjung mereda.

Listrik Adalah Kunci Industri Manufaktur

Pemerintah saat ini tengah gencar membenahi sistem kelistrikan di Indonesia. Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM menargetkan ada tambahan kapasitas listrik sebesar 3.976 Megawatt (MW) pada 2019. Sementara kapasitas yang sudah terpasang pada 2018 sebesar 62.589 MW.

Hal itu sejalan dengan upaya Pemerintah mempercepat rasio elektrifikasi hingga 99,9% pada akhir 2019. Catatan terakhir pada 1 April 2019, rasio elektrifikasi sudah mencapai 98,5% dengan 72,8 Juta pelanggan.

Percepatan rasio elektrifikasi yang digalakan pemerintah adalah upaya yang patut mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Pasalnya, ditengah memanasnya perang dagang dua kekuatan besar ekonomi dunia, berberapa negara berkembang berlomba mencari celah agar mendapat keuntungan.

Pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap produk asal Tiongkok, memicu tren relokasi pabrik pada beberapa negara di Asia Tenggara agar poduknya tetap bersaing. Produsen akan mencari negara yang menarik berdasarkan beberapa pertimbangan. Pokok pertimbangan yang paling kuat adalah upah tenaga kerja, kondisi sosial-politik, dan yang paling penting kesiapan dari sisi infrastruktur dan energi.

Hingga saat ini, Sharp dan LG sudah merelokasi pabrik ke Indonesia. Dua brand pabrikan alat kebutuhan Rumah Tangga itu membangun pabrik di Karawang International Industrial City (KIIC) dan kawasan Legok. Panasonic juga dikabarkan akan memindahkan pabrik dari Malaysia ke Indonesia. Tren itu perlu dijaga untuk meraup dampak positif secara ekonomi, seperti penyerapan tenaga kerja.

PT PLN Persero yang memegang mandat monopoli atas kelistrikan di Indonesia menjadi sorotan kendati memegang peran sentral. Tata kelola perusahaan dan pelayanan PLN terus diperhitungkan oleh dunia industri sebagai salah satu prasyarat investasi.

Presiden Joko Widodo beserta Menteri terkait telah mendatangi Kantor Pusat PLN di kawasan Kebayoran baru, Senin (5/8). Dalam kunjungan itu, Presiden menegaskan menejemen PLN untuk segera mengatasi kekacauan pasokan listrik di sejumlah daerah.

Jika instruksi presiden itu tidak digubris, boleh jadi industri manufaktur yang sudah bersiap masuk ke indonesia akan balik badan dan mencari negara lain. Bila hal itu benar-benar terjadi, bisa dipastikan Indonesia akan tetap duduk di bangku penonton pada laga perang dagang antara Amerika versus Tiongkok.