Viral 1 Menit Potongan Wawancara Erick Thohir

Home / Opini / Viral 1 Menit Potongan Wawancara Erick Thohir

Oleh: Abi Rekso Panggalih

 

Beberapa jam setelah wawancara eksklusif Menteri Erick Thohir dengan kanal Kumparan YouTube yang bertajuk “Vaksin Corona Makin Dekat”. Lantas kemudian beredar berita bahwa Menteri Erick tidak berani disuntik vaksin. Bukan hanya berita online. Belakangan juga beredar video berdurasi 1 menit yang dipotong dari wawancara sepanjang 38 menit.

Potongan wawancara itu kira-kira ada pada menit ke 14 hingga menit ke 15. Agar bisa kita dudukan kembali, saya akan tuliskan verbatimnya.

Presenter Kumparan: Saat ini tahapnya kan masih mencari relawan pak?

Menteri Erick: Iya sekarang mencari relawan 1.620. Yang diharapkan akhir bulan Agustus terkumpul. Dan setelah itu kita cobakan di akhir September.

Presenter Kumparan: Termasuk pak Erick?

Menteri Erick: Kayaknya gak etis kalau saya. Lebih baik relawan-relawan yang sesuai dengan prototype yang sedang dicari. Bukannya saya takut disuntik ya. Sebagai Menteri BUMN lebih baik belakangan, setelah rakyatnya disuntik.

Sebelum kita menilai dari verbatim potongan wawancara tersebut, ada baiknya kita melihat secara keseluruhan rangkaian wawancara tersebut. Bukankah tidak elok, jika durasi 38 menit hanya diadili dengan potongan wawancara 1 menit.

Jika kita tulus dalam menyimak wawancara sebagai informasi yang padan. Maka ada baiknya kita menyimak secara penuh dan holistik. Jika kita simak pada menit-menit pertama, Menteri Erick menjelaskan bagaimana strategi dan upaya menghadapi pandemi.

Bukan semata-mata membangun sistem kesehatan. Tetapi juga memastikan ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh ditengah resesi global. Bahkan Menteri Erick menjelaskan bahwa optimisme wisata domestik mulai tumbuh. Dan itu bagus bagi iklim ekonomi dalam negri.

Kemudian di menit 20, kita bisa menyimak bagaimana skema Menteri Erick dalam menghidupkan industri farmasi dalam negri. Sangat logis argumen Menteri Erick bahwa industri farmasi kedepan juga melibatkan pihak swasta. Sejalan dengan agenda Presiden dalam meningkatkan tingkat komponen dalam negri (TKDN). Kedepan, bahan baku farmasi, alat-alat medis harus berfokus pada peningkatan TKDN. Bukankah itu sebuah tahapan yang baik, dalam merespon situasi.

Sekarang kita kembali pada potongan wawancara satu menit tersebut. Pertanyaan presenter Kumparan memang membuka interpretasi yang luas. Dan perlu kita ingat bahwa interpretasi tidak lepas dari kepentingan yang hendak dibangun.

Jawaban Menteri Erick, dimaksudkan adalah bahwa vaksin itu diutamakan untuk rakyat. Sehingga, jawaban Mentri Erick memiliki makna seperti itu. Bagi seorang Menteri justru dia (Menteri Erick) sedang mempertaruhkan nama baiknya di depan rakyat Indonesia. Menteri Erick bukan saja bertanggung jawab penuh kepada Presiden Jokowi. Tetapi juga mempertaruhkan reputasi dan kredibilitas dirinya kepada publik luas.

Jika pernyataan itu dipelintir, bahwa Menteri Erick tidak berani suntik Vaksin. Sesungguhnya itu satu upaya mengecilkan kerja-kerja nyata rakyat Indonesia dalam melawan Covid19.

Jika pun Menteri Erick menyatakan bahwa dirinya siap disuntik vaksin. Tentu tetap ada narasi sumir yang menyerang pernyataan tersebut. Bisa saja bingkai narasinya dibangun, bahwa Menteri Erick membuat vaksin untuk diri dan keluarganya. Atau, narasi sumir bahwa Menteri Erick butuh vaksin yang dibiayai oleh uang APBN.

Artinya, apapun yang dijawab oleh Menteri Erick selalu ada celah untuk dipelintir dari pernyataan aslinya. Dan lagi-lagi, semua itu tergantung dari niat serta agenda politik yang ditujukan. Semoga tulisan ini bisa mendudukan masalah, serta meluruskan pemahaman.

Agar segalanya kembali jelas maka saya cantumkan link YouTube Kumparan yang penuh. Semoga bisa meluruskan.

Salam Sehat!!
#RakyatAkalSehat

Jakarta, 8 Agustus 2020